DAYA TAHAN MENTAL PASIEN KANKER DENGAN PENGOBATAN KEMOTERAPI

Pendahuluan
Perjalanan pasien yang menderita kanker dapat dibagi menjadi empat tahapan. Tahap pertama adalah diagnosis dan pengobatan awal. Tahap kedua adalah tindak lanjut setelah pengobatan pertama kanker. Tahap ketiga adalah tahap kekambuhan dan pengobatan ulang. Tahap keempat adalah tahap terminal. Pasien dapat berhenti pada tahap kedua atau terus berlanjut sampai tahap keempat (Straker, 1998).
Kemoterapi adalah salah satu pengobatan bagi penderita kanker selain bedah, terapi radiasi, terapi hormon dan pengobatan lainnya. Efek kemoterapi pada pasien dapat mempengaruhi secara biologis atau fisik, psikologis dan sosial (Carroll, Mustian, Morrow, Moseley, Pierre, William, 2008).
Suatu penelitian meta-analisis di Amerika menyatakan bahwa sekitar 50% pasien dengan kanker stadium lanjut memenuhi kriteria untuk gangguan psikiatri, yang paling umum adalah gangguan penyesuaian (11-35%) dan depresi berat (5-26%) (Miovic & Block, 2007). Fungsi mekanisme pertahanan ego yang adaptif mampu mengurangi munculnya gejala depresi dan memperpanjang usia harapan hidup pasien kanker (Beresford, Alfers, Mangum, Clapp, Martin, 2006).
Daya tahan mental pasien mempengaruhi baik biologis atau fisik, psikiologis dan sosial. Daya tahan mental pasien dipengaruhi ciri kepribadian, psikobiografi, dan lingkungan sosial. Faktor tambahan lain yang juga berpengaruh adalah pengobatan yang diberikan, kepercayaan setempat berkenaan dengan kanker dan jenis dari kanker. Daya tahan mental yang baik akan memberikan tindakan aktif dimana pasien menerima diagnosis, mempertahankan sikap optimis, dan mau berpartisipasi dalam keputusan medis serta berjuang melawan penyakitnya (Diez. Forjaz, Landivar, 2005).

Tahapan Perjalanan Pasien Kanker
Tahapan diagnosis dan pengobatan awal biasanya ditanggapi dengan keterkejutan oleh pasien. Syok, tidak percaya, cemas, depresi, perasaan bersalah, dan kepahitan biasanya bercampur dengan harapan bahwa pengobatan awal akan berhasil (Straker, 1998).
Tahapan tindak lanjut setelah pengobatan pertama kanker (pembedahan, kemoterapi, dan/atau radioterapi) biasanya ditanggapi dengan emosi yang bercampur. Pasien telah menjalani pengobatan yang tidak nyaman dan efek sampingnya harus menghadapi masa depan dengan keadaan kesehatan yang tidak pasti (Straker, 1998).
Kekambuhan dan pengobatan ulang, cenderung mengulangi fase diagnosis dan pengobatan awal, diikuti dengan beberapa perubahan besar. Kekambuhan menyebabkan pasien kehilangan harapan untuk sembuh. Pasien dapat menyalahkan dirinya atau dokter untuk apa yang dipandang sebagai kegagalan. Kemarahan, depresi, kecemasan, dan kehilangan kepercayaan lebih menonjol. Pengobatan alternatif lebih banyak dilakukan. Kepatuhan terhadap saran medis lebih rendah dari sebelumnya. Muncul masalah dalam hubungan dengan pasien, biasanya kekerasan oleh pasien (Straker, 1998).
Tahapan terminal adalah yang paling sulit, khususnya bagi tenaga medis. Teknik pencegahan dapat mengurangi nyeri, cemas, depresi, insomnia, dan perasaan tidak nyaman lainnya. Biasanya konsultasi kejiwaan dilakukan pada fase ini (Straker, 1998).
Efek Kemoterapi Pada Pasien Kanker
Efek kemoterapi pada pasien kanker sangat beragam tergantung kepada obat yang diberikan. Obat alkilating dapat menimbulkan lelah, mual, rambut rontok, iritasi kulit, baal pada jari-jari tangan atau kaki. Antimetabolit dapat menimbulkan mual, muntah, diare, sembelit, rambut rontoh, iritasi selaput lendir, sariawan, kulit menghitam, bengkak, lelah, demam, nyeri kepala. Obat hormonal dapat menimbulkan mual, muntah, diare, konstipasi, payudara membesar, panas pada wajah, penurunan nafsu seks, pusing, kulit merah, gangguan penglihatan, nyeri otot dan sendi, bengkak, peningkatan berat badan, tekanan darah tinggi. Zat target molekuler dapat menimbulkan iritasi kulit, baal, bengkak, diare, mual, bercak-bercak jerawat, nyeri sendi, demam, perdarahan, alergi, tekanan darah rendah. Modifikasi respon biologi dapat menimbulkan mual, berdebar-debar, bercak-bercak kemerahan, iritasi mukosa, kehilangan selera makan, rambut rontok, gejala seperti flu, baal, lemas, tekanan darah rendah, penurunan berat badan (Carroll, Mustian, Morrow, Moseley, Pierre, William, 2008)..
Ciri Psikologis Pasien Kanker
Penyesuaian atau adaptasi terhadap penyakit kanker adalah proses berkelanjutan di mana individu pasien berusaha mengatasi penderitaan emosionalnya, menyelesaikan masalah khusus terkait penyakitnya, dan berusaha mengendalikan situasi kehidupannya yang dipengaruhi penyakitnya (Diez, Forjaz, Landivar, 2005).
Pasien yang menderita sakit mempunyai beberapa ciri psikologis yaitu kecemasan, kehilangan penguasaan diri, kehilangan harapan, kehilangan integritas tubuh, ketidakberdayaan, depresi, ketergantungan, ketakutan akan pengabaian, ketakutan akan kematian, kehilangan identitas diri dan arti khusus dari penyakit itu sendiri bagi pasien (Sollner, 2006).
Menurut Kubler-Ross, pasien akan memberikan respon secara bertahap setelah tahu bahwa dirinya menderita penyakit yang membawa kepada kematian. Pertama adalah pengingkaran yaitu pasien tidak mau percaya bahwa dirinya akan meninggal. Kedua adalah marah yaitu pasien marah kepada Tuhan atau kepada Sang Nasib. Ketiga adalah tawar-menawar yaitu pasien mencoba menegosiasikan sebuah alternatif dengan Tuhan atau dengan Sang Nasib. Keempat adalah depresi yaitu pasien menjadi depresi. Kelima adalah menerima yaitu pasien menerima kematiannya (Sunberg, Winebarger, Taplin, 2007).
Daya Tahan Mental Pasien Kanker
Adaptasi terhadap kanker dapat sangat sulit bagi pasien selama beberapa bulan pertama dan saat kondisi mereka memburuk, kemampuan mereka untuk menyesuaikan diri dengan penyakitnya tampak semakin meningkat sesuai waktu perbaikan dan setelah sembuh. Adaptasi terhadap kanker tergantung pada banyak aspek dari penyakit dan situasi psikologis seperti penyesuaian emosi, prestasi penderita kanker, umur, dan kondisi fisik. Seseorang yang dengan usia pertengahan atau kecacatan fisik tampak beradaptasi lebih buruk dibandingkan dengan yang berusia lanjut atau kecacatannya kurang (Singh & Verma, 2007).

Daya tahan mental pasien kanker dalam menghadapi penyakitnya merupakan suatu proses. Terdiri dari dua proses yaitu proses penelaahan dan koping. Penelaahan berkaitan dengan penilaian individu terhadap makna pribadi dari kejadian dan penyesuain sumber daya individu untuk menghadapinya. Proses penelaahan didasarkan pada pemikiran bahwa individu secara terus menerus menilai hubungannya dengan lingkungan. Penelaahan suatu kejadian tertentu mempengaruhi emosi dan koping selanjutnya. Koping berkaitan dengan pikiran dan perilaku tertentu yang digunakan seseorang dalam usahanya untuk beradaptasi. Pasien dapat melakukan tiga strategi koping utama yaitu strategi yang berfokus pada emosi, strategi yang berfokus pada masalah, dan strategi yang berfokus pada makna (Diez, Forjaz, Landivar, 2005).
Stres dimulai saat seseorang menyadari bahwa menderita kanker adalah suatu kenyataan, dan telah berlangsung. Pada saat ini, seseorang seseorang menjadi awas terhadap perubahan, atau ancaman perubahan, tujuan dan perhatiannya terpusat pada saat ini. Penelaahan pada keadaan atau kemungkinan perubahan yang disebabkan karena kanker meliputi penilaian kemaknaan diri (maknanya sebagai menyakitkan atau benar-benar suatu bencana, suatu yang nyata atau hanya kemungkinan, atau mengubah kemaknaan dirinya), ini disebut “penelaahan primer” dan evaluasi pilihan koping disebut “penelaahan sekunder”. Penelaahan primer dipengaruhi oleh kepercayaan dan nilai pribadi. Penelaahan sekunder berkaitan dengan tingkat sejauh mana seseorang dapat memegang kendali atau mengubah situasi berkaitan dengan kanker (Diez, Forjaz, Landivar, 2005).
Koping adalah proses menggunakan strategi emosi, kognitif, dan/atau perilaku untuk menangani stres dengan tujuan untuk mengurangi dampak yang berpotensi menyakitkan dalam penyesuaian psikologis. Strategi dapat bermacam-macam tergantung kepada stresor yang menyebabkan. Strategi koping dibagi dalam dua kategori besar, koping yang sesuai dan tidak sesuai. Strategi koping yang sesuai adalah yang mengubah emosi atau pikiran seseorang tentang stresor yang melibatkan usaha perilaku untuk mengurangi stresor. Ini meliputi koping aktif (seperti usaha untuk mencari pemecahan masalah), membingkai ulang secara positif (seperti, melihat masalah dengan cara yang positif), menerima, mencari dukungan, dan mempunyai semangat juang. Strategi seperti ini berkaitan dengan hasil positif seperti kulitas hidup yang lebih baik, berkurangnya distres psikologis, dan hidup yang lebih bermakna. Strategi koping yang tidak sesuai, sebaliknya, meliputi emosi, pikiran, atau perilaku yang berusaha mengurangi dampak dari stresor melalui penghindaran atau lari. Ini meliputi menjaga jarak atau pengingkaran emosi, pikiran, atau perilaku. Strategi koping yang tidak sesuai berkaitan dengan kualitas hidup yang buruk dan distres psikologis yang lebih berat (Yang, Brothers, Andersen, 2008).
Beberapa model dalam hubungan antara koping dan perjalanan penyakit kanker dapat disusun menjadi suatu konsep. Perjalanan penyakit dapat mempunyai beberapa pengaruh pada koping, baik secara langsung melalui hormone paraneoplastik yang secara aktif mempengaruhi psikologis atau lebih melalui cara tidak langsung melalui reaksi emosi dari pasien terhadap gejala fisik. Kerusakan fisik kadang lebih baik dicerminkan oleh variabel psikologis, dimana lebih mendekati pengalaman pasien dibandingkan tahapan klasifikasi biomedis yang kasar. Sehingga, beberapa penelitian menunjukkan kualitas hidup sebagai prediktor bebas dari usia hidup dengan kanker (Faller, lzebruck, Drings, Lang, 1999).
Koping dapat mempengaruhi perjalan penyakit, baik secara langsung melalui mekanisme psikoneuroimmunologi (contoh, koping yang baik dapat meningkatkan dan koping depresif dapat menurunkan akitivitas sel natural killer), atau dengan cara tidak langsung melalui kepatuhan, seperti pasien dengan koping yang baik dapat menerima jumlah kemoterapi yang lebih besar dibandingkan dengan depresi yang dapat menghentikan terapi lebih dini (Faller, lzebruck, Drings, Lang, 1999).
Kesimpulan
Daya tahan mental yang kurang dapat menyebabkan pasien jatuh ke dalam beberapa keadaaan. Pasien yang menghindar menunjukkan pasien menolak diagnosis kanker, sering berupa meringankan keseriusan diagnosis dan menghindari memikirkannya. Pasien yang menerima dengan kekalahan menerima diagnosis dengan perilaku yang membahayakan. Dalam keadaan cemas antisipatorik, pasien sering mencari penjaminan dan sering memandang keluhan fisiknya sebagai penyakit yang semakin memburuk. Pasien yang kehilangan harapan digambarkan oleh pasien yang berperilaku pesimis (Diez, Forjaz, Landivar, 2005).

Daftar Pustaka

Beresford Thomas P., M.D., Alfers Julie, B.A. Mangum Laura, M.S.W., Clapp Lori, R.N., M.S. Martin Brandon, B.A. Cancer Survival Probability as a Function of Ego Defense (Adaptive) Mechanisms Versus Depressive Symptoms. psychosomatics 47:3, may-june 2006.

Carroll J K, Colmar D , Moseley F, Morrow G R, Mustian K M, Pierre P J, dan Williams G C. Oncologist: Integrative Nonpharmacologic Behavioral Interventions for the Management of Cancer-Related Fatigue. 2007

Diez Barroilhet, Forjaz MJ, Landivar Garrido. Concepts, theories and psychosocial factors in cancer adaptation. Astas Esp Psiquiatr 200533(6):390-397.

Faller Hermann, MD, PhD; lzebruck Heinrich Bu¨, PhD; Drings Peter, MD; Hermann Lang, MD, PhD. Coping, Distress, and Survival Among Patients With Lung Cancer. Arch Gen Psychiatry. 1999;56:756-762.

Miovic Michael, MD; Block Susan, MD. Psychiatric Disorders in Advanced Cancer. CANCER October 15, 2007 / Volume 110 / Number 8.

Singh Umed and Verma Nidhi. Psychopathology among Female Breast Cancer Patients. Journal of the Indian Academy of Applied Psychology, January 2007, Vol. 33, No.1, 61-71.

Söllner W, “Psychotherapy is the basic treatment“ Dept. of Psychosomatic Medicine and Psychotherapy General Hospital Nuremberg, EACLPP. 2006.

Straker Norman. Journal of psychotherapy practice and research: Psychodynamic psychotherapy for cancer patients. American psychiatric press, inc. 1998.

Sundenberg ND, Winebarger A A, Taplin J R, Psikologi Klinis: Perkembangan Teori, Praktek, dan Penelitian, Edisi Keempat, Jakarta: Pustaka Pelajar. 2007

Yang Hae-Chung, Ph.D. & Brothers Brittany M., M.A. & Andersen Barbara L, Ph.D. Stress and Quality of Life in Breast Cancer Recurrence: Moderation or Mediation of Coping? ann. behav. med. (2008) 35:188–197.



Demikian informasi dari saya mengenai DAYA TAHAN MENTAL PASIEN KANKER DENGAN PENGOBATAN KEMOTERAPI
Semoga bermanfaat bagi anda...
Mohon maaf jika ada salah atau kekurangan
Kritik dan saran saya harapkan dari anda sekalian.

0 comments:

Post a Comment